I didn’t realize it at first. But I have actually gone through ghosting twice. The first one wasn’t really mattered that much to me. Because it was just a short conversation and no feeling involved, so I could quickly get rid of the thought of me being ghosted. I didn’t even know back then that I was being ghosted.
Aku baru tau ada kata-kata ghosted and ghosting di awal tahun. Kalau aku lihat di Youtube, sebetulnya sudah banyak yang buat video tentang pengalaman ini dari satu tahun sebelumnya. Tapi sekarang term ini kembali jadi tren karena memang semakin banyak orang yang melakukan hal tersebut kepada orang lain (ghosting) dan juga orang yang mengalami hal tersebut (being ghosted). Di google pun sudah banyak banget artikel yang membahas tentang pengalaman ini. Is that a sign that our society is decreasing in terms of having the respect towards other people? Well, who knows.
Jadi, apa sebetulnya ghosted and ghosting itu?
Ghosting is having someone that you believe cares about you, whether it be a friend or someone you are dating, disappear from contact without any explanation at all. No phone call or email, not even a text.
So, what is actually that lead me to find everything about all of these ghosted stories?
Jadi sebetulnya cerita ini udah aku ketik dari awal tahun. Tapi aku nggak yakin buat posting ini. Karena ini cukup personal dan aku belum yakin pada saat itu if moving on was the best choice. Tapi aku juga teringat sama postingan aku yang sebelumnya tentang relationship, yang satu tentang break up and tentang move one. Karena responnya cukup bagus, makanya aku pikir yaudah lah posting aja yang soal ghosting ini. Aku nggak pernah tau, siapa yang akan butuh baca postingan ini nantinya. Tapi aku berharap yang aku tulis di sini, bisa somehow membantu kalian yang mungkin sedang menghadapi masa sulit dan nggak mengenakkan ini.
So, last year, I experienced the second ghosting, which leads me about knowing there’s such thing as ‘ghosting’ and made me look for articles talking about this. The second one was because it was something that I never ever ever ever think would happen to me, to any relationship in general. It hit me hard. At first, I thought maybe the disappearing would only last for 2-3 days. But I was wrong. To be honest, it was a mixed feeling of worried, sad, angry, and confused. I didn’t know if he’s actually fine or hurt and lying in a hospital bed. I didn’t know if he underwent complicated stuff, which took up most of his time. I didn’t know if I did or said something that made him mad. I didn’t know if he was just bored and didn’t want to continue the conversation with me anymore. I didn’t know if maybe he actually had or found or being introduced to someone new. I didn’t know which one was the reason behind this. I didn’t know how to react to this, other than cry and be vulnerable in my pray.
Two sides of the story
There’s always a good thing in everything. Karena dighostingin, aku jadi banyak baca-baca artikel yang berkaitan dengan sama hal itu haha. Dari info yang aku dapat, sebetulnya ghosting ini bisa berefek kedua belah pihak, yang ninggalin maupun yang ditinggalin. Kita bahas satu-satu yaa.
Kalau dari sisi yang ditinggalkan, mungkin sudah bisa dilihat dari ceritaku di atas. Dari awalnya aku khawatir dengan keadaannya dia, karena aku ngga tau apakah dia sehat atau ngga, atau jangan-jangan lagi ada masalah yang datang. Tapi karena nggak dapat kabar yang jelas, padahal dia masih terlihat online di Whatsappnya, jadi pikiranku pun mulai berubah. Jadi mempertanyakan sebenernya ada apa? Kita ini kenapa? Kenapa komunikasinya jadi begini? Tapi semua pertanyaan itu nggak bisa tersampaikan juga sih. Jadi nanya sendiri dan mikir jawabannya sendiri, cedih hehe.
Ghosting gives you no cue for how to react. It creates the ultimate scenario of ambiguity. Should you be worried? Should you be upset? Maybe they are just a little busy and will be calling you at any moment. You don’t know how to react because you don’t really know what has happened… Social cues allow us to regulate our own behavior accordingly, but ghosting deprives you of these usual cues and can create a sense of emotional dysregulation where you feel out of control.
Jujur saat itu aku jadi questioning myself, aku ngelakuin apa sih kok bisa sampe kayak gini and I didn’t even see that coming. Aku jadi khawatir berlebihan karena berusaha cari tau dan dapat kabar dari yang bersangkutan. Ada satu titik dimana aku juga ngerasa it hit my self-worth, jadi ngerasa apa gue senggak penting itu sampe ngga deserve your explanation? Apa semua hal yang udah diomongin sebelumnya waktu kita masih baik-baik aja, ngga ada artinya sama sekali, ngga membekas sama sekali?
Aku yakin tiap orang pasti ngerasain pengalaman yang berbeda, karena kekuatan hati orang kan beda-beda, dan juga tergantung dari seberapa intense hubungannya sama si ghoster. Ada orang yang mungkin butuh waktu cukup lama sampai akhirnya pulih lagi dan mungkin ada orang yang bisa move on dalam waktu yang cepat. Jangan main-main deh kalau udah berhubungan sama hati orang lainnya, that’s the delicate part of someone that you’re playing with.
Di sisi si ghoster, disebuah artikel disebutkan, kalau mereka sebetulnya mengalami kebingungan. Ada yang nggak tau bagaimana cara menyampaikan apa yang mereka rasakan, tanpa menyakiti orang lainnya. Jadi, daripada kebingungan, mereka memutuskan untuk pergi. Tanpa harus memberitahukan alasannya, tanpa harus mengetahui perasaan lawan bicaranya, pilihan untuk pergi begitu saja dirasa lebih aman.
People who ghost are primarily focused on avoiding their own emotional discomfort and they aren’t thinking about how it makes the other person feel… The more it happens, either to themselves or their friends, the more people become desensitized to it, and the more likely they are to do it to someone else.
What did I do to recover?
Social rejection activates the same pain pathways in the brain as physical pain. In fact, you can reduce the emotional pain of rejection with a pain medication like Tylenol.
Sakit hati? Jelas. It did hurt and make me think a lot for a few months after it happened. Alasan utamanya sih karena aku masih cukup penasaran dengan apa yang sebetulnya terjadi. Karena nggak pernah terlintas dipikiranku, kalau seseorang, yang aku anggap baik dari sejak awal kami berkenalan, bisa melakukan hal semacam ini. Tapi ya seperti biasa, aku coba mengambil pelajaran dan hikmah dari pengalaman ini.
Like I always do. I (try to) pick up lessons from people who interact with me.
Pertama, aku berharap dan berusaha untuk nggak akan pernah melakukan hal tersebut kepada orang lain yang berinteraksi sama aku. Not under any circumstances and reasons. Aku tau betul gimana rasanya tiba-tiba ditinggal begitu aja tanpa dikasih penjelasan. I know the feeling of being ghosted, hurtful and feel disrespectful. Kesalahan dan kekurangan orang lain pun bukan suatu alasan yang bisa dibenarkan buat meninggalkan seseorang dengan cara ini. Ingat, nggak semua orang punya hati yang sama kuatnya dengan diri kita sendiri. Kita nggak tau seberapa rapuhnya hati yang setiap orang miliki dan nggak akan tau berapa lama waktu yang dibutuhkan supaya hati itu sembuh lagi.
Kedua, jangan pernah memberikan perlakuan spesial kepada seseorang, kalau memang kamu nggak berniat atau bermaksud untuk itu. Even if you have never met them in person before, but still there’s no acceptable reason to play ghosting to others. Setiap orang punya persepsi yang berbeda terhadap sesuatu, begitu juga dengan isi hati. Kalau kamu berniat untuk berteman, then don’t treat someone as if he/she means the world to you. Begitu juga sebaliknya. Please be clear with your intentions when you’re approching someone. don’t waste their heart and time.
Ketiga, always try to communicate your thoughts, especially when it’s related to others. Say it when you have personal issues that you have to finish. Say it when you don’t feel like being disturbed. Say it when you don’t want to have any more contact and you want to stop the communication. Just say everything. Because it will be so much better and relieved to hear something, even the slightest hint, even if it hurts, even it’s a harsh truth, rather than going through a long silence without knowing what’s actually going on. Berusaha mengkomunikasikan perasaan kamu juga penting banget disuatu hubungan, karena pasangan kamu bukan mind-reader yang bisa tau isi otak dan hati kamu dengan sendirinya.
Keempat, at the end of the day, I become more understanding of how my dear-self can cope with things like this. Nggak gampang, apalagi buat aku dan mungkin buat kalian yang when you care for someone then you care with all of your heart. It definitely took some time to process everything. A change in a habit is always hard at first, but by the time, it’s doable. Not seeing that particular name on the phone screen, finally felt okay. And maybe, you could even be surprised by how strong you are during this moment.
Lagi-lagi, kita harus melihat semua hal dari dua sisi. Walaupun kita sebagai pihak yang ditinggalkan, tapi bukan berarti kita 100% benar dan tidak ada yang harus diperbaiki dari diri kita sendiri. Tetap introspeksi diri, sambil tetap fokus pada diri sendiri supaya bisa pulih dan merasa lebih baik lagi.
Mungkin ke depannya kita harus lebih berhati-hati ketika berkenalan dengan orang baru. Coba jaga ekspektasi jangan sampai terlalu tinggi, sampai ada obrolan dan action yang lebih serius. Walau dua hal tersebut pun sebetulnya nggak menjamin kita akan pasti terhindar dari kejadian seperti ini. Bisa juga coba dimention dari awal kepada lawan bicara kamu, kalau semisal di tengah perjalanan ada salah satu pihak yang ingin menyudahi hubungan, maka tolong dibicarakan baik-baik dulu sebelum pergi. Paling nggak itu menunjukkan kalau kita terbuka buat membahas masalah ini. Harapannya, lawan bicara kita bisa merasa lebih secure dan lebih terbuka dengan kita.
Semoga kita terhindar dari orang-orang yang bisa mengganggu ketenangan hati yaa, aamiin :”)